Seseorang yang menerapkan sifat
Ar-Rahman kedalam bisnisnya akan senantiasa merasa bahwa bisnis yang dia
jalankan seharusnya tidak hanya akan memberikan pada diri pribadinya saja. Dibalik
manfaat yang didapatkan dari bisnis tersebut baik itu berupa laba maupun aset
tertentu, dia akan merasa bahwa terdapat hak orang lain yang juga membutuhkan
hal tersebut yang harus dia berikan.
Pemilik
bisnis yang memiliki sifat yang pengasih tidak akan sungkan-sungkan
mengalokasikan pendapatan yang dia punya untuk kesejahteraan orang maupun
lingkungan sekitarnya. Dia melakukan itu karena merasa punya tanggung jawab
atas hal tersebut. Rasa tanggung jawab tersebut muncul karena adanya rasa kasih
sayang yang dimiliki oleh pemilik bisnis tersebut.
Didalam
dunia bisnis kita mengenal adanya program Corporate
Social Responsibility (CSR). Program ini menunjukkan bagaimana kepedulian
suatu perusahaan terhadap kondisi lingkungan yang berubah yang mungkin karena
akibat dari operasional perusahaan tersebut. Program ini sedikit banyak
menggambarkan bentuk pengasihan dari pemilik perusahaan dimana dia menunjukkan
kepedulian terhadap sekitarnya, baik itu dalam bentuk kepedulian terhadap
sesama manusia, dunia pendidikan, ataupun lingkungan.
Selain itu dari segi
pengelolaan sumber daya manusia perusahaan ketika etika serta perilaku yang
dibudayakan didalam perusahaan menerapkan sifat Ar-Rahman didalamnya, maka
tentu saja hubungan antar stakeholder didalamnya akan baik. Menurut teori
kebutuhan, dalam setiap diri manusia terdapat
hierarki kebutuhan dan salah satunya adalah dari segi sosial. Hierarki
kebutuhan sosial tersebut meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan,
dan persahabatan.
Penerapan sifat Ar-Rahman
kedalam bisnis merupakan hal yang sangat penting agar pemilik bisnis tidak
hanya mementingkan dirinya sendiri. Pemilik bisnis sebijaknya tidak hanya fokus
untuk mencari laba semata. Dia harus juga peka dengan kondisi lingkungan
sekitarnya karena Allah menciptakan manusia sebagai khalifah dimuka bumi agar
bisa bermanfaat bagi segala ciptaanNya.
PRAKTIK
BISNIS YANG BERTENTANGAN DENGAN AR-RAHMAN
Praktik
bisnis yang tidak mengedepankan sifat Ar-Rahman didalamnya tentu saja akan
menjadikan setiap proses didalamnya menjadi sesuatu hal yang arogan. Perilaku
sosial didalam menjalani hubungan kerja didalam perusahaan tersebut akan sangat
terlihat sikap kesombongan dari karyawan-karyawan perusahaan. Hal ini tentu
saja akan memberikan pengaruh yang buruk didalam operasional perusahaan.
Bisnis
yang tidak menerapkan sifat Ar-Rahman didalam praktiknya adalah ketika bisnis
yang dijalankan oleh perusahaan tersebut telah meraih kesuksesan, namun
pemiliknya sama sekali tidak memiliki niat untuk menyisihkan beberapa
penghasilannya untuk kepentingan sosial. Pemilik usaha tersebut hanya akan
fokus untuk mencari laba sebesar-besarnya semata-mata hanya untuk memperkaya
diri sendiri.
Salah satu contoh
perusahaan yang tidak menerapkan Ar-Rahman didalam proses bisnisnya adalah
usaha pemotongan hewan yang tidak menerapkan metode penyembelihan hewan secara
syariat Islam. Ketika melakukan penyembelihan hewan dengan tidak berdasarkan
pada ajaran Islam, maka metode yang digunakan tersebut akan menyakiti hewan
tersebut bahkan akan menyiksanya. Tindakan yang semena-mena yang dilakukan
dapat berupa si tukang jagal yang tidak menyembelih dengan benar hewan tersebut
sehingga hewan tersebut akan mati perlahan-lahan.
Contoh yang lain adalah
bisnis jual beli hewan qurban yang tidak syar’i. Sering kita lihat di televisi
mengenai kasus daging sapi gelonggongan.
Daging gelonggongan adalah daging yang
dihasilkan dari sapi, di mana sapi itu dipaksa meminum air sebanyak-banyaknya
sebelum disembelih, dengan tujuan menambah berat badan binatang tersebut.
Sehingga, ketika dijual harganya lebih mahal dan akan mendapatkan keuntungan
yang berlipat. Selain termasuk kedalam bentuk penipuan, tindakan tersebut juga
menunjukkan betapa tidak adanya sifat pengasih yang dimiliki oleh pemilik usaha
dimana dengan teganya dia menyiksa hewan demi keuntungan pribadinya semata.
PENERAPAN
DIDALAM AKUNTANSI
Laporan keuangan pada
perusahaan yang menerapkan prinsip syariah mendapatkan beberapa tambahan
laporan jika dibandingkan dengan laporan keuangan pada perusahaan konvensional.
Diantaranya adalah Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat serta Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan. Didalam laporan tersebut akan digambarkan
sumber-sumber dana zakat darimana saja dan penyaluran dana-dana tersebut kemana
saja (Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Orang yang terlilit hutang, Riqab,
Fisabilillah).
Begitu pula pada Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan dimana akan digambarkan sumber-sumber dana
kebajikan juga kemana saja penggunaan dari dana kebajikan tersebut. Laporan-laporan
tersebut menunjukkan betapa pentingnya bentuk kepedulian umat muslim terhadap sesamanya.
Hal itu dijelaskan dengan apabila kita membandingkan laporan keuangan konvensional
dengan syariah, pada laporan keuangan syariah diwajibkan untuk pemilik usaha melaporkan
segala bentuk sedeqah, infaq, hingga zakat perusahaannya sebagai bentuk kepedulian
sosialnya.
Didalam perusahaan yang
menerapkan sistem akuntansi syariah, setiap tahunnya diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat dari perusahaannya. Islam memang telah mengajarkan untuk
selalu membayarkan zakat setiap tahunnya sebab diantara harta yang kita miliki
terdapat hak milik para fakir miskin serta orang-orang lain yang
membutuhkannya. Orang yang memiliki rasa pengasih yang tinggi tentunya akan
menerapkan zakat ataupun sadaqah didalam kegiatan usahanya.
Pemahaman
atas sifat Ar-Rahman bisa juga digambarkan kedalam sifat dermawan serta saling
tolong menolong. Didalam akuntansi Islam terdapat istilah bagi hasil musyarakah
dan mudharabah. Munculnya istilah tersebut karena didasari oleh konsep saling
tolong menolong. Ketika terdapat dua pihak yang ingin melakukan suatu usaha
perdagangan dimana salah satu pihak tidak memiliki kemampuan usaha secara
finansial namun memiliki kemampuan fisik untuk menjalankan bisnis kemudian
pihak yang lainnya memiliki keadaan yang sebaliknya, mereka dapat melakukan
mudharabah dimana nanti hasilnya akan dibagi berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak.
Akuntansi
Islam juga menunjukkan bentuk pengasihnya dimana ketika suatu perusahaan mengalami
keuntungan maka keuntungan itu akan dibagikan kepada semua stakeholder. Namun,
ketika perusahaan mengalami kerugian, setiap pihak yang berhubungan dengan
proses usaha tersebut juga akan ikut bertanggungjawab dan menanggung kerugian
tersebut. Bentuk saling tolong menolong cukup terlihat pada konsep bagi hasil
didalam akuntansi Islam.