TREND! Ajang MEMBOHONGI DIRI SENDIRI (?)

  Kita sadar tidak kalau ternyata kita hidup di dunia ini dengan dipenuhi oleh sesuatu yang namanya “pembohongan diri sendiri” ? Terkadang kita merasa malu dan tidak percaya dengan diri kita sendiri, namun hal itu merupakan sesuatu yang wajar terlebih lagi dengan sifat manusia yang selalu ingin menjadi sosok yang sempurna. Sebagian orang akan merasa malu apabila tidak menggunakan tas yang bagus, sepatu yang ber-merk internasional, pakaian berbahan dasar kain yang mahal, dan lain-lain.
            Membohongi diri sendiri merupakan suatu tindakan dimana seseorang menyatakan sesuatu baik itu berupa ucapan ataupun tindakan yang berbeda dengan sesuatu yang dinyatakan oleh lubuk hati orang tersebut. Mereka terkesan hanya mengikuti seseorang yang mereka idolakan walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan dirinya, artinya hal yang dia ikuti tersebut merupakan kontradiksi dari perkataan hati nurani nya.
            Trend sendiri adalah segala sesuatu yang menjadi konsumsi publik dan merupakan hal yang popular dikalangan masyarakat sehinggan dikenal oleh kebanyakan masyarakat. Namun kebanyakan perilaku mengikuti trend dilakukan oleh kalangan yang “berduit” dan umumnya adalah cewek namun tak dapat pula dipungkiri bahwa ada beberapa masyarakat yang tergolong menengah kebawah justru lebih mengikuti trend dibandingkan kalangan yang “berduit”. Hal ini dilakukan mereka karena mereka merasa dengan melakukan hal tersebut maka gengsi mereka akan lebih meningkat, mereka tidak akan merasa “minder” lagi karena kemampuan ekonomi mereka yang kurang.
            Namun bagi kalangan masyarakat yang kemampuan ekonominya tidak mampu untuk mengikuti perkembangan trend secara terus menerus, ada dampak positf dan negative dari perilaku mereka tersebut. Dampak positifnya adalah pada saat “keuangan” mereka sudah mulai menipis dan sedang ada misalnya promosi gadget-gadget baru yang canggih dan sedang gencar-gencarnya orang meng-hunting barang tersebut maka kemungkinan orang tersebut akan mencari berbagai cara agar bisa mendapatkan uang sehingga dia bisa membeli gadget tersebut, nah disini kreativitas orang tersebut akan digunakan bagaimana caranya orang tersebut bisa mendapatkan uang. Namun dampak negatifnya ketika orang tersebut memiliki keimanan yang cukup kuat dan keteguhan hati untuk mencari uang dengan cara yang halal sehingga mata hati nya dibutakan oleh “bling-bling” gadget tersebut dan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang agar dia bisa memiliki gadget tersebut. Manusia memang mudah terhasut ketika ada sesuatu yang baru, bagus, canggih, dan terlebih lagi jika hal tersebut adalah sesuatu yang popular.
            Sesuatu yang trend tidak hanya berbentuk fisik seperti barang-barang mewah atau ­gadget-gadget canggih nan mahal, tetapi dapat juga berupa sesuatu yang lisan seperti ucapan. Masi ingatkah kalian dengan ucapan “ Alhamdulillah, yah”, “Subhanallah, yah”, “Sesuatu banget yah…” ? Yup, itulah salah satu bentuk trend lisan yang dikeluarkan oleh salah satu artis yang cukup fenomenal dikalang masyarakat Indonesia dan sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh masyarakat Indonesia.
            Perilaku mengikuti trend tidak dapat dipisahkan dari adanya perilaku “hedon”, yaitu perilaku seseorang yang lebih mementingkan keduniawannya atau bisa dibilang mereka hanya memikirkan kesenangan dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang banyak. Mereka menganggap bahwa kesenangan dan materi adalah tujuan utama dari hidup mereka.
            Menurut saya, seseorang yang mengikuti trend tanpa memikirkan baik buruk, manfaat mudarat, serta tidak dibarengi oleh kemampuan ekonominya yang cukup merupakan orang “bodoh” yang mau mengikuti apa yang bahkan dia tidak ketahui manfaat dan tujuan utama dia melakukan hal tersebut. Orang-orang yang mengikuti trend karena atas dasar ingin menaikkan gengsi nya menurut saya adalah orang yang membohongi dirinya sendiri. Dia tahu bahwa mengikuti trend tanpa mengetahui manfaatnya merupakan hal yang “bodoh” dan sebenarnya bertentangan dengan dirinya. Dengan melakukan hal tersebut dia telah membohongi dirinya sendiri bahwa dia sebetulnya tidak menginginkan hal tersebut namun karena tekanan gengsi-nya yang lebih kuat, maka akhirnya dia mengikutinya.
            Seseorang yang kelihatan mengikuti trend-trend  tertentu tidak dapat juga dikatakan sebagai sosok yang hobi mengikuti trend, mungkin saja kebetulan dia sedang memang sedang membutuhkan alat yang sedang trend tersebut. Nah, orang-orang yang seperti inilah yang dapat menggunakan akal sehat dan kesadaran kritisnya dalam memilah-milah mana yang dia butuhkan dan mana yang ia inginkan.
            Sebetulnya perilaku mengikuti trend itu tidak apa-apa, selama dalam tindakannya itu dibarengi dengan sikap tanggung jawab, mengerti manfaatnya, serta dapat memilah-milah mana yang diinginkan dan mana yang dibutuhkan, tentu saja yang harus didahulukan adalah sesuatu yang dibutuhkan.
            Berikut beberapa kiat-kiat agar kita dapat terhindar dari perilaku membohongi diri sendiri:
  •     Pahami diri sendiri. Renungkan apa tujuan yang ingin kita capai dan yang ingin kita jalani dalam kehidupan. Jangan hanya berpatokan pada kesenangan jangka pendek atau sesaat. Melainkan jangka panjang.
  •     Ingat bahwa dalam setiap masalah perlu ada pemecahan yang solutif dan perlu ada upaya aktif dari diri untuk mencari solusi. Jangan pernah berpikiran bahwa semua masalah dapat terselesaikan secara otomatis.
  •     Membohongi diri bisa jadi suatu upaya menjaga diri dalam bertahan menghadapi masalah. Namun, sifatnya hanya sementara. Masalah akan tetap ada bahkan dapat menjadi beban karena akan selalu diikuti kebohongan-kebohongan lainnya.
  •     Berpikirlah lebih terbuka dan realistis. Cobalah mengidentifikasi keuntungan yang dapat kita peroleh dari suatu kejujuran. Jujur kepada diri sendiri dan mengakui adanya masalah adalah langkah besar untuk menemukan solusi masalah itu sendiri.
  •     Jika sulit mencari solusi sendiri, berdiskusilah dengan pihak lain yang dianggap lebih paham, lebih berpengalaman, dan nyaman untuk diajak bicara secara terbuka.

Leave a Reply