Konstruksi Teori Akuntansi

Teori akuntansi disebabkan oleh munculnya fenomena-fenomena akuntansi didalam masyarakat yang kemudian membentuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Dari segi sains, teori akuntansi merupakan sesuatu yang bebas nilai. Sebuah validitas dari akuntansi dibentuk dari adanya hipotesis-hipotesis yang muncul akibat implikasi dari
fenomena tersebut. sedangkan apabila dilihat dari segi teknologi, teori akuntansi membahas pertimbangan nilai dan norma, merupakan hasil akhir dari sebuah prinsip, serta konsep atau kerangka konseptual yang ada.
            Didalam praktik akuntansi terdapat banyak sekali permintaan dari pihak-pihak didalam perusahaan, seperti manajer dan pegawai, serta pihak dari luar perusahaan seperti, investor, kreditor, hingga masyarakat pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa teori akuntansi merupakan sesuatu yang kompleks dan salah satu isu yang masih hangat diperdebatkan adalah kepada siapakah laporan keuangan harus disediakan ?.
            Sudah beberapa tahun belakangan ini, penyusun standar akuntansi telah mencoba untuk menyelesaikan masalah-masalah ketidak-konsistenan dengan mengembangkan kerangka konseptual agar dapat membawa standar tersebut menjadi lebih konsisten. Teori akuntansi banyak melibatkan proses penilayan kelayakan dan paliditas suatu pernyataan adan argument. Bila diterapkan untuk akuntansi, teori akuntansi sering di maksudkan sebagai suatu penalaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu (baik menurut standar akuntansi atau  melalui trandisi) dan tentang struktur akuntansi yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu.
Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk memberi landasar konseptual dalam penentuan standar atau praktik yang baru.
Maka dari itu penalaran ini memeberikan keyakinan bahwa suatu pernyataan atau argument layak untuk di terima atau di tolak. Suatu argument boleh jadi tidak meyakinkan atau persuasive karena argument tersebut tidak didukung dengan penalaran ayanga valid.
TEORI PRAGMATIS
            Teori pragmatis merupakan teori yang menekankan pengaruh akuntansi terhadap perilaku dan keputusan para akuntan sehingga mengakibatkan pengaruh informasi akuntansi tersebut terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Teori pragmatis terbagi atas dua :
1.      Pendekatan deskriptif
Pendekatan deskriptif pragmatis dalam konstruksi teori akuntansi menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan deskriptif juga menjelaskan bahwa untuk memberikan pernyataan akuntansi secara umum, sebelumnya harus dilakukan observasi secara mendalam dan berkelanjutan terhadap perilaku para akuntan dalam menggunakan prosedur dan prinsip akuntansi mereka. Berdasarkan observasi-obserasi yang dilakukan sebelumnya maka akan dibentuklah sebuah teori yang akan menjelaskan bagaimana tindakan seorang akuntan didalam situasi tertentu.
2.      Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang berbanding terbalik dengan pendekatan deskrpitif. Pendekatan psikologis menggunakan pendekatan deduktif sebab pendekatan ini justru membutuhkan teori sebelumnya untuk dapat menjelaskan perilaku-perilaku pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan itu sendiri.
TEORI SEMANTIK DAN SINTETIK
            Tujuan dari teori semantik sebetulnya sebagai simbolisasi dalam menjelaskan penafsiran seorang akuntan terhadap akun-akun tertentu dapat sama dengan penafsiran pengguna laporan keuangan.  Teori sintetik sebenarnya cukup berhubungan dengan teori semantik. Apabila teori semantik membahas mengenai simbolisasi dalam rangka memudahkan penafsiran kepada pengguna laporan keuangan, maka teori sintetik membahas mengenai penalaran mengapa suatu data atau informasi disajikan dengan cara simbolisasi.
            Teori sintetik berorientasi mengenai bagaimana dengan simbol-simbol yang dibuat berdasarkan teori semantik tadi memiliki hubungan yang logis sehingga dapat diwujudkan atau direalisasi menjadi suatu laporan keuangan.  Teori  akuntansi semantik dan sintatik tidak berdiri sendiri tetapi saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan pengujian biasanya dilakukan untuk memverifikasi suatu teori. Jadi, sebisa mungkin teori harus diverifikasi validitasnya atas dasar penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan pertimbangan nilai ( value judgments ) yang telah disepakati.
TEORI NORMATIF
            Konsep dari teori normatif merupakan sebuah konsep yang tidak bebas nilai. Dikatakan demikian sebab konsep normatif hanya didasarkan pada penalaran dan pengembangan logika. Artinya, sebuah prinsip atau kaidah akuntansi tertentu dapat terbentu akibat dari penalaran logika tadi.
            Hal tersebut mengakibatkan teori normatif ini biasa dikatakan sebagai self judgment yang mengakibatkan validitas prinsipnya nanti juga hanya berdasarkan penerimaan asumsi-asumsi dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan prinsip tersebut. Pendekatan ini berasumsi bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah membantu dalam proses pembuatan keputusan terhadap pengguna laporan keuangan tertentu dengan menyediakan data akuntansi yang relevan dan bermanfaat. Teori normatif memberikan pedoman mengenai apa yang seharusnya dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai (value judgment).
TEORI POSITIF

            Teori positif menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar pengamatan empiris. Hal tersebuat mengartikan bahwa setiap hipotesis-hipotesis serta teori yang ada harus berdasarkan kehidupan nyata sehingga dapat dikatakan teori tersebut positif/empiris yang artinya telah melalui proses pengujian sebelumnya. Terdapat sedikit perbedaan antara teori normatif dengan teori positif. Jika dijelaskan bahwa teori normatif dalam praktiknya lebih mengarah menuntun bahkan memerintah seorang akuntan bagaimana cara agar dapat mendapatkan outcome yang diinginkan, teori positif lebih mengarah pada deskripsi mengenai mengapa para akuntan harus bertindak dengan tepat.

Leave a Reply